Trik
Membuat Proposal/Skripsi
Contoh Proposal, sobat pasti akan bingung jika mendapatkan tugas Proposal,
bingung dimana nyari contoh proposal/Skripsi dimana-mana? Nah kali ini sobat
bisa melihat contoh kerangka Proposal diantara contoh proposal penelitian tindakan
kelas, Nah Proposal adalah sebuah tulisan yang di buat oleh penulis yang
berfungsi menjabarkan sebuah tulisan kepada pembaca sehingga memperoleh
pemahaman serta tujuan tersebut lebih mendetail, nah disini saya langsung
menyertai kerangkanya sampai BAB V, tetapi kalau untuk proposal cukup sampai
BAB III saja.
ini adalah sistematika membuat proposal penelitan menurut buku paduan PGSD/MI
UMSB (UNIVERSITAS MUHAMMADYAH SUMATERA BARAT) :
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Identifikasi Masalah
C. Rumusan Masalah
D. Pembatasan Masalah
E. Penjelasan Judul/Defenisi Operasional
F. Tujuan Penelitian
G. Manfaat Penelitian
H. Objek Penelitian
BAB II STUDI KEPUSTAKAAN
A. Kajian Teori
B. Kerangka Konseptual
C. Penelitian yang Relevan
BAB III METODE PENELITIAN
A. Setting Penelitian (Waktu Tempat dan Subjek Penelitian)
B. Rancangan dan Prosedur Penelitian
C. Jenis dan Sumber Data
D. Teknik dan Alat Pengumpulan Data
E. Teknik Analisis Data
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
B. Pembahasan
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
Daftar Pustaka
Lampiran-lampiran
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Sistem pendidikan di Indonesia ternyata telah mengalami banyak perubahan.
Perubahan-perubahan itu terjadi karena telah dilakukan berbagai usaha
pembaharuan dalam pendidikan. Akibat pengaruh itu pendidikan semakin mengalami
kemajuan.
Sejalan dengan kemajuan tersebut, maka dewasa ini pendidikan di sekolah-sekolah
telah menunjukkan perkembangan yang sangat pesat.
Perkemangan itu terjadi karena terdorong adanya pembaharuan tersebut, sehingga
di dalam pengajaranpun guru selalu ingin menemukan metode dan peralatan baru
yang dapat memberikan semangat belajar bagi semua siswa. Bahkan secara keseluruhan
dapat dikatakan bahwa pembaharuan dalam sistem pendidikan yang mencakup
seluruh komponen yang ada. Pembangunan di bidang pendidikan barulah ada artinya
apabila dalam pendidiakan dapat dimanfaatkan sesuai dengan kebutuhan masyarakat
dan bangsa Indonesia yang sedang membangun.
Pada hakekatnya kegiatan beiajar mengajar adalah suatu proses interaksi atau
hubungan timbal balik antara guru dan siswa dalam satuan pembelajaran. Guru
sebagai salah satu komponen dalam proses belajar menganjar merupakan pemegang
peran yang sangat penting. Guru bukan hanya sekedar penyampai materi saja,
tetapi lebih dari itu guru dapat dikatakan sebagai sentral pembelajaran.
Sebagai pengatur sekaligus pelaku dalam proses belajar mengajar, gurulah yang
mengarahkan bagaimana proses belajar mengajar itu dilaksanakan. Karena itu guru
harus dapat membuat suatu pengajaran menjadi lebeh efektif juga
menarik sehingga bahan pelajaran yang disampaikan akan membuat siswa merasa
senang dan merasa perlu untuk mempelajari bahan pelajaran tersebut.
Guru mengemban tugas yang berat untuk tercapainya tujuan pendidikan nasional
yaitu meningkatkan kualitas manusia Indonesia, manusia seutuhnya yang beriman
dan bertakwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa, berbudi pekerti luhur,
berkepribadian, berdisiplin, bekerja keras, tangguh, bertanggung jawab,
mandiri, cerdas dan terampil serta sehat jasmani dan rohani, juga harus mampu
menumbuhkan dan memperdalam rasa cinta terhadap tanah air, mempertebal semangat
kebangsaan dan rasa kesetiakawanan sosial. Sejalan dengan itu pendidikan
nasional akan mampu mewujudkan manusia-manusia pembangunan dan rnembangun
dirinya sendiri serta bertanggung jawab atas pembangunan bangsa. Depdikbud
(1999).
Berhasilnya tujuan pembelajaran ditentukan oleh banyak faktor di antaranya adalah
faktor guru dalam melaksanakan proses belajar mengajar, karena guru
secara langsung dapat mempengaruhi, membina dan meningkatkan kecerdasan serta
keterampilan siswa. Untuk mengatasi permasalahan di atas dan guna mencapai
tujuan pendidikan secara maksirnal, peran guru sangat penting dan diharapkan
guru memiliki cara/model mengajar yang baik dan mampu memilih model
pembelajaran yang tepat dan sesuai dengan konsep-konsep mata pelajaran yang
akan disampaikan.
Untuk itu diperlukan suatu upaya dalam rangka meningkatkan mutu pendidikan dan
pengajaran salah satunya adalah dengan memilih strategi atau cara dalam
menyampaikan materi pelajaran agar diperoleh peningkatan prestasi belajar siswa
khususnya pelajaran IPA. Misalnya dengan membimbing siswa untuk bersama-sama
terlibat aktif dalam proses pembelajaran dan mampu membantu siswa
berkembang sesuai dengan taraf intelektualnya akan lebih menguatkan pemahaman
siswa terhadap konsep-konsep yang diajarkan. Pemahaman ini memerlukan minat dan
motivasi.
Tanpa adanya minat menandakan bahwa siswa tidak mempunyai motivasi untuk
belajar. Untuk itu, guru harus memberikan suntikan dalam bentuk motivasi
sehingga dengan bantuan itu siswa dapat keluar dari kesulitan belajar. Sehingga
nilai rata-rata mata pelajaran IPA yang diharapkan oleh guru adalah 90,00.
Berdasarkan pengalaman penulis di lapangan, kegagalan dalam belajar rata-rata
dihadapi oleh sejumlah siswa yang tidak memiliki dorongan belajar. Sehingga
nilai rata-rata mata pelajaran IPA sangat rendah yaitu mencapai 50,00. Hal ini
disebabkan karena guru dalam proses belajar mengajar hanya menggunakan metode
ceramah, tanpa menggunakan alat peraga, dan materi pelajaran tidak disampaikan
secara kronologis. Untuk itu dibutuhkan suatu kegiatan yang dilakukan oleh guru
dengan upaya membangkitkan motivasi belajar siswa, misalnya dengan membimbing
siswa untuk terlibat langsung dalam kegiatan yang melibatkan siswa serta
guru yang berperan sebagai pembimbing untuk menemukan konsep IPA.
Motivasi tidak hanya menjadikan siswa terlibat dalam kegiatan akademik,
motivasi juga penting dalam menentukan seberapa jauh siswa akan belajar dari
suatu kegiatan pembelajaran atau seberapa jauh menyerap informasi yang
disajikan kepada mereka. Siswa yang termotivasi untuk belajar sesuatu
akan menggunakan proses kognitif yang lebih tinggi dalam mempelajari
materi itu, sehingga siswa itu akan meyerap dan mengendapkan materi itu dengan
lebih baik. Tugas penting guru adalah merencanakan bagaimana guru mendukung
motivasi siswa (Nur, 2001 : 3).
Untuk itu sebagai seorang guru disamping menguasai materi, juga diharapkan
dapat menetapkan dan melaksanakan penyajian materi yang sesuai kemampuan dan
kesiapan siswa, sehingga menghasilkan penguasaan materi yang optimal bagi
siswa.
Berdasarkan uraian tersebut di atas penulis mencoba menerapkan salah satu
metode pembelajaran, yaitu metode pembelajaran penemuan (discovery) untuk
mengungkapkan apakah dengan model penemuan (discovery) dapat meningkatkan
motivasi belajar dan prestasi belajar IPA.
Penulis memilih metode pembelajaan ini mengkondisikan siswa untuk terbiasa
menemukan, mencari, mendikusikan sesuatu yang berkaitan dengan pengajaran.
(Siadari, 2001: 4). Dalam metode pembelajaran penemuan (discovery) siswa lebih
aktif dalam memecahkan untuk menemukan sedangkan guru berperan sebagai
pembimbing atau memberikan petunjuk cara memecahkan masalah itu.
Dari latar belakang tersebut di atas maka penulis dalam penelitian ini
mengambil judul " Meningkatkan Motivasi dan Prestasi Belajar IPA
Dengan Metode Pembelajaran Discovery Pada Siswa Kelas V di SDN 22 Ulak
Karang Utara. Tahun Pelajaran 2010/2011 "
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka dapat diidentifikasi masalah
yang akan ditemukan dalam pembelajaran yaitu sebagai berikut:
1. Kenyataan menunjukkan bahwa aktifitas belajar siswa masih
kurang termotivasi dalam mengikuti pembelajaran.
2. Masih rendahnya prestasi belajar siswa pada bidang studi
IPA.
3. Banyak guru cenderung menggunakan metode konvensional
dalam menyampaikan pelajaran IPA.
4. Guru kurang bisa mengembangkan metode pembelajaran
discovery.
C. Pembatasan Masalah
Pembatasan masalah dalam penelitian tindakan kelas ini adalah sebagai
berikut: Masalah peningkatan motivasi dan prestasi belajar siswa.
1. Penelitian tindakan kelas ini dikenakan pada siswa kelas V
SD.
2. Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan di SDN 22 Ulak
Karang Utara.
3. Dalam penelitian ini dilaksanakan pada semester I tahun
pelajaran 2010/2011.
4. Penelitian tindakan kelas ini dibatasi pada kompetensi
dasar menyimpulkan hasil penyelidikan tentang perubahan sifat benda, baik
sementara maupun tetap.
D. Pemecahan Masalah
Pemecahan masalah dalam penelitian tindakan kelas ini adalah sebagai
berikut:
1. Penerapan pembelajaran discovery dapat meningkatkan
motivasi belajar mata pelajaran IPA pada siswa kelas V di SDN 22 Ulak Karang
Utara. Tahun pelajaran 2010/2011.
2. Penerapan pembelajaran discovery dapat meningkatkan
prestasi belajar siswa mata pelajaran IPA pada siswa kelas V di SDN 22 Ulak
Karang Utara. Tahun pelajaran 2010/2011.
E. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan suatu masalah sebagai
berikut:
1. Bagaimanakah pengaruh metode pembelajaran discovery
terhadap motivasi belajar siswa mata pelajaran IPA pada siswa kelas V di SDN 22
Ulak Karang Utara. Tahun pelajaran 2010/2011?
2. Bagaimanakah peningkatan prestasi belajar siswa dengan
diterapkannya pembelajaran discovery mata pelajaran IPA pada siswa kelas V di
SDN 22 Ulak Karang Utara. Tahun pelajaran 2010/2011?
F. Tujuan Penelitian
Sesuai dengan permasalahan di atas, penelitian ini bertujuan untuk:
1. Ingin mengetahui pengaruh motivasi belajar siswa setelah
diterapkan pembelajaran discovery mata pelajaran IPA pada siswa kelas V di SDN
22 Ulak Karang Utara. Tahun pelajaran 2010/2011.
2. Ingin mengetahui peningkatan prestasi belajar siswa
setelah diterapkannya pembelajaran discovery mata pelajaran IPA pada
siswa kelas V di SDN 22 Ulak Karang Utara. Tahun pelajaran 2010/2011.
G. Manfaat Penelitian
Penulis mergharapkan dengan hasil penelitian ini dapat bermanfaat bagi :
- Guru SDN 22 Ulak Karang Utara :
Memberikan informasi tentang metode pembelajaran yang sesuai dengan materi
IPA.
- Siswa : Meningkatkan motivasi
dan prestasi pada mata pelajaran-pelajaran IPA.
- Sekolah : Memberikan masukan
bagi sekolah sebagai pedoman untuk mengambil kebijakan di sekolah
tersebut.
- Bagi Peneliti : Bermanfaat
sebagai sumber informasi ( referensi) yang dapat digunakan
untuk mengembangkan ilmu dan penelitian lanjutan tentang pendekatan
discovery pada mata pelajaran IPA.
H.
Pertanyaan Penelitian
Permasalahan yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah untuk menjawab
pertanyaan-pertanyan berikut ini adalah :
- Bagaimana meningkatkan motivasi
belajar siswa dengan metode pembelajaran discovery terhadap pelajaran IPA
pada siswa kelas V di SDN 22 Ulak Karang Utara. Tahun pelajaran 2010/2011?
- Bagaimana peningkatan prestasi
belajar siswa dengan diterapkannya pembelajaran discovery mata pelajaran
IPA pada siswa kelas V di SDN 22 Ulak Karang Utara. Tahun pelajaran
2010/2011?
I.
Defenisi Operasional
Variabel Agar tidak terjadi salah persepsi terhadap judul penelitian ini, maka
perlu didefinisikan hal-hal sebagai berikut:
1. Motivasi
Menurut Dessler (1993) dalam Kuswadi (2004:328) bahwa: “motivate to represent
matter modestly because people is basically motivated or impelled for
berperilaku in way of certain felt instruct at deserts acguirement”
Artinya: Motivasi merupakan hal yang sederhana karena orang-orang pada
dasarnya termotivasi atau terdorong untuk berprilaku dalam cara tertentu
yang dirasakan mengarah pada perolehan, ganjaran.
2. Prestasi Belajar
Hasil belajar yang dinyatakan dalam bentuk nilai atau dalam bentuk skor,
setelah siswa mengikuti pelajaran.
Menurut Winkel (1996) bahwa prestasi belajar merupakan salah satu bukti yang
menunjukan kemampuan atau keberhasilan seseorang yang melakukan proses belajar
sesuai dengan bobot nilai yang berasil diraihnya. Winkel lebih menekankan
prestasi belajar itu pada kemampuan siswa secara umum.
3. IPA
Ilmu pengetahuan alam atau sains (science) diambil dari kata latin Scientia
yang arti harfiahnya adalah pengetahuan, tetapi kemudian berkembang menjadi
khusus Ilmu Pengetahuan Alam atau Sains. Sund dan Trowbribge merumuskan bahwa
Sains merupakan kumpulan pengetahuan dan proses.
Sedangkan Kuslan Stone menyebutkan bahwa Sains adalah kumpulan pengetahuan dan
cara-cara untuk mendapatkan dan mempergunakan pengetahuan itu. Sains merupakan
produk dan proses yang tidak dapat dipisahkan. “Real Science is both product
and process, inseparably Joint” (Agus. S. 2003: 11). Sains sebagai proses
merupakan langkah-langkah yang ditempuh para ilmuwan untuk melakukan
penyelidikan dalam rangka mencari penjelasan tentang gejala-gejala alam.
Langkah tersebut adalah merumuskan masalah, merumuskan hipotesis, merancang
eksperimen, mengumpulkan data, menganalisis dan akhimya menyimpulkan. Dari sini
tampak bahwa karakteristik yang mendasar dari Sains ialah kuantifikasi artinya
gejala alam dapat berbentuk kuantitas.
Menurut Abdullah (1998:18), IPA merupakan “pengetahuan teoritis yang diperoleh
atau disusun dengan cara yang khas atau khusus, yaitu dengan melakukan
observasi, eksperimentasi, penyimpulan, penyusunan teori, eksperimentasi,
observasi dan demikian seterusnya kait mengkait antara cara yang satu dengan
cara yang lain”.
Dari pendapat di atas maka dapat disimpulkan bahwa IPA merupakan pengetahuan
dari hasil kegiatan manusia yang diperoleh dengan menggunakan langkah-langkah
ilmiah yang berupa metode ilmiah dan didapatkan dari hasil eksperimen atau
observasi yang bersifat umum sehingga akan terus di sempurnakan.
4. Metode Pembelajaran Discovery
Suatu cara mengajar yang melibatkan siswa dalam proses kegiatan mental melalui
tukar pendapat, dengan diskusi, seminar, membaca sendiri dan mencoba sendiri.
Agar anak dapat belajar sendiri.
Menurut Bruner menyatakan bahwa belajar penemuan merupakan pencarian
pengetahuan secara aktif oleh manusia berusaha untuk mencari pemecahan masalah
serta pengetahuan yang menyertainya, menghasilkan pengetahuan yang benar-benar
bermakna (Dahar, 1989:103)
Sedangkan menurut Sund bahwa discovery merupakan proses mental dimana siswa
mengamilasikan sesuatu konsep atau menggolong-golongkan, membuat dugaan,
menjelaskan, mengukur, membuat kesimpulan dan sebagainya
(Suryosubroto,2002:193).
Dari beberapa defenisi discovery di atas dengan demikian dapat disimpulkan
bahwa discovery adalah model pembelajaran yang melibatkan berbagai proses
mental siswa untuk menemukan suatu pengetahuan (konsep dan prinsip) dengan cara
mengasimilasi berbagai pengetahuan (konsep dan prinsip) yang di miliki siswa.
BAB II
STUDI KEPUSTAKAAN
A. Kajian Teori
1. Motivasi
Motivasi dipandang sebagai dorongan mental yang menggerakkan dan mengarahkan
perilaku manusia, termasuk perilaku belajar. Dalam motivasi terkandung adanya
keinginan yang mengaktifkan, menggerakkan, menyalurkan dan mengarahkan sikap
serta perilaku pada individu belajar (Koeswara, 1989 ; Siagia, 1989 ; Sehein,
1991 ; Biggs dan Tefler, 1987 dalam Dimyati dan Mudjiono, 2006)
Pengertian motivasi telah banyak dikemukakan oleh beberapa penulis sesuai
dengan tinjauan atau sudut pandang serta tujuan masing-masing. Menurut
Mangkunegara (2005:P.61) “motivasi merupakan kondisi atau energi yang
menggerakkan diri siswa yang terarah atau tertuju untuk mencapai tujuan yang
diinginkan”. Sedangkan Amstrong (1994:P.68) mengatakan bahwa “motivasi adalah
sesuatu yang membuat orang bertindak atau berperilaku dalam cara-cara
tertentu”. Dengan kata lain motivasi adalah sesuatu yang menggerakkan orang.
Gibson (1995:P.185) motivasi merupakan kekuatan yang mendorong siswa
menimbulkan dan mengarahkan perilaku. Sedang menurut pendapat Hamalik
(1993;P.72) “motivasi adalah suatu perubahan energi dalam diri (pribadi)
seseorang yang ditandai dengan timbulnya perasaan dan reaksi untuk mencapai
tujuan”.
Hasibuan (2005:P.95), mengartikan “motivasi adalah pemberian daya penggerak
yang menciptakan kegairahan kerja siswa agar mereka mau bekerjasama, bekerja
efektif dan terintegrasi dengan segala daya upayanya untuk mencapai kepuasan”.
Berdasarkan pengertian dari para ahli di atas maka disimpulkan bahwa motivasi
sebagai energi untuk membangkitkan dorongan dari dalam diri siswa yang
berpengaruh, membangkitkan, mengarahkan dan memelihara perilaku berdasarkan
lingkungan. Jadi motivasi adalah dorongan dari diri siswa untuk mencapai rasa
puas, kemudian diimplimentasikan kepada orang lain.
a. Macam - Macam Motivasi
Menurut jenisnya motivasi dibedakan menjadi dua, yaitu:
1) Motivasi Intrinsik
Jenis motivasi ini timbul sebagai akibat dari dalam individu, apakah karena
adanya ajakan, suruhan, atau paksaan dari orang lain sehingga dengan kondisi
yang demikian akhirnya ia mau melakukan sesuatu atau belajar (Usman, 2000: 29).
Sedangkan menurut Djamarah (2002: 115), motivasi instrinsik adalah motif-motif
yang menjadi aktif atau berfungsinya tidak perlu dirangsang dari luar, karena
dalam setiap diri individu sudah ada dorongan untuk melakukan sesuatu.
Menurut Winata (dalam Erriniati, 1994: ]05) ada beberapa strategi dalam
mengaiar untuk membangun motivasi intrins.k. Strategi tersebut adalah sebagai
berikut:
Mengaitkan tujuan belajar dengan tujuan siswa.
a) Memberikan kebebasan dalam memperluas materi pelajaran
sebatas yang pokok.
b) Memberikan banyak waktu ekstra bagi siswa untuk
mengerjakan tugas dan memanfaatkan surnber belajar di sekolah.
c) Sesekali memberikan penghargaan pada siswa atas
pekerjaannya.
d) Meminta siswa untuk menjeiaskan hasil pekerjaannya.
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa motivasi instrinsik adalah motivasi
yang timbul dari dalam individu yang berfungsinya tidak perlu dirangsang dari
luar. Seseorang yang merniliki motivasi intrinsik dalam darinya maka secara
sadar akan melakukan suatu kegiatan yang tidak memerlukan motivasi dari luar
dirinya.
2) Motivasi Ekstrinsik
Jenis motivasi ini timbul sebagai akibat pengaruh dari luar individu, apakah
karena adanya ajakan, suruhan, atau paksaan dari orang lain sehingga dengan
kondisi yang demikian akhirnya ia mau melakukan sesuatu atau belajar. Misalnya
seseorang mau belajar karena ia disuruh oleh orang tuanya agar mendapat
peringkat pertama di kelasnya (Usman, 2000: 29).
Sedangkan menurut Djamarah (2002: 117), motivasi ekstrinsik adalah kebalikan
dari motivasi intrinsik. Motivasi ekstrinsik adalah motif-motif yang aktif dan
berfungsi karena adanya perangsang dari luar.
Beberapa cara membangkitkan motivasi ekstrinsik dalam menumbuhkan motivasi
instrinsik antata lain:
a) Kompetisi (persaingan): guru berusaha menciptakan
persaingan di antara siswanya untuk meningkatkan prestasi belajarnya, berusaha
memperbaiki hasil prestasi yang telah dicapai sebelumnya dan mengatasi prestasi
orang lain.
b) Pace Making (membuat tujuan sementara atu dekat): Pada
awal kegiatan belajar mengajar guru, hendaknya terlebih dahulu menyampaikan
kepada siswa TPK yang akan dicapai sehingga dengan demikian siswa berusaha
untuk mencapai TPK tersebut.
c) Tujuan yang jelas: Motif mendorong individu untuk mencapai
tujuan. Makin jelas tujuan, makin besar ni]ai tujuan bagi individu yang
bersangkutan dan makin besar pula motivasi dalam melakuakan sesuatu perbuatan.
d) Kesempurnaan untuk sukses: Kesuksesan dapat menimbulkan
rasa puas, kesenangan dan kepercayaan terhadap diri sendiri, sedangkan
kegagalan akan membawa efek yang sebaliknya. Dengan demikian, guru hendaknya
banyak memberikan kesempatan kepada anak untuk meraih sukses dengan usaha
mandiri, tentu saja dengan bimbingan guru.
e) Minat yang besar: Motif akan timbul jika individu memiliki
minat yang besar.
f) Mengadakan penilaian atau tes. Pada umumnya semua siswa
mau belajar dengan tujuan memperoleh nilai yang baik. Hal ini terbukti dalam
kenyataan bawa banyak siswa yang tidak belajar bila tidak ada ulangan. Akan
tetapi, bila guru mengatakan bahwa lusa akan diadakan ulangan lisan, barulah
siswa giat belajar dengan menghafal agar ia mendapat nilai yang baik. Jadi,
angka atau nilai itu merupakan motivasi yang kuat bagi siswa.
Dari uraian di atas diketahui bahwa motivsi ekstrinsik adalah motivasi yang
timbul dari luar individu yang berfungsinya karena adanya perangsang dari luar,
misalnya adanya persaingan, untuk mencapai nilai yang tinggi, dan lain
sebagainya.
2. Prestasi Belajar
Istilah hasil belajar berasal dari bahasa Belanda “prestatie,” dalam bahasa
Indonesia menjadi prestasi yang berarti hasil usaha. Dalam literature, prestasi
selalu dihubungkan dengan aktivitas tertentu, seperti dikemukakan oleh Robert
M. Gagne (1988 : 65) bahwa dalam setiap proses akan selalu terdapat hasil nyata
yang dapat diukur dan dinyatakan sebagai hasil belajar (achievement) seseorang.
Menurut Poerwanto (2007) memberikan pengertian prestasi belajar yaitu “ hasil
yang dicapai oleh seseorang dalam usaha belajar sebagaimana yang dinyatakan
dalam raport” Selanjutnya Winkel (1997) mengatakan bahwa “ prestasi belajar
adalah suatu bukti keberhasilan belajar atau kemampuan seseorang siswa dalam
melakukan kegiatan belajar sesuai dengan bobot yang dicapainya”.
Berdasarkan pengertian diatas, maka dapat dijelaskan bahwa prestasi belajar
merupakan tingkat kemanusiaan yang dimiliki siswa dalam menerima, menolak dan
menilai informasi-informasi yang diperoleh dalam proses belajar mengajar.
Prestasi belajar seseorang sesuai dengan tingkat keberhasilan sesuatu dalam
mempelajari materi pelajaran yang dinyatakan dalam bentuk nilai atau raport
setiap bidang studi setelah mengalami proses belajar mengajar. Prestasi belajar
siswa dapat diketahui setelah diadakan evaluasi. Hasil dari evaluasi dapat
memperlihatkan tentang tinggi atau rendahnya prestasi belajar siswa.
Sehubungan menurut Gagne (dalam syaiful, 2009 : 17 )
Mengemukakan bahwa belajar adalah perubahan yang terjadi dalam kemampuan
manusia yang terjadi setelah belajar terus menerus, bukan hanya di sebabkan
oleh proses pertumbuhan saja. Belajar terjadi apabila suatu situasi stimulus
bersama dengan isi ingatan mempengaruhi siswa sedemikian rupa sehingga
perbuatannya (performance-nya) berubah dari waktu sebelum ia mengalami situasi
itu kewaktu setelah ia mengalami situasi tadi. Gagne berkeyakinan, bahwa
belajar di pengaruhi oleh faktor dari diri dan faktor luar diri dimana keduanya
saling berinteraksi.
Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan, bahwa belajar merupakan
perubahan tingkah laku setelah mengalami suatu proses dimana perubahan ini akan
mempengaruhi, tingkah laku pada diri siswa yang disebabkan oleh terjadinya
perubahan pada tingkat pengetahuan, keterampilan atau sikapnya. Setelah belajar
siswa akan mendapatkan hasil belajar sesuai dengan kemampuan yang di milikinya.
3. IPA
Sejalan dengan prestasi belajar, maka dapat diartikan bahwa prestasi belajar
IPA adalah nilai yang dipreoleh siswa setelah melibatkan secara langsung/aktif
seluruh potensi yang dimilikinya baik aspek kognitif (pengetahuan), afektif
(sikap) dan psikomotor (keterampilan) dalam proses belajar mengajar IPA.
Menurut Kuslan Stone bahwa Sains adalah kumpulan pengetahuan dan
cara-cara untuk mendapatkan dan mempergunakan pengetahuan itu. Sains merupakan
produk dan proses yang tidak dapat dipisahkan. “Real Science is both product
and process, inseparably Joint” (Agus. S. 2003: 11)
Sains sebagai proses merupakan langkah-langkah yang ditempuh para ilmuwan untuk
melakukan penyelidikan dalam rangka mencari penjelasan tentang gejala-gejala
alam. Langkah tersebut adalah merumuskan masalah, merumuskan hipotesis,
merancang eksperimen, mengumpulkan data, menganalisis dan akhimya menyimpulkan.
Dari sini tampak bahwa karakteristik yang mendasar dari Sains ialah
kuantifikasi artinya gejala alam dapat berbentuk kuantitas.
IPA sendiri berasal dari kata sains yang berarti alam. Sains menurut Suyoso
(1998:23) merupakan “pengetahuan hasil kegiatan manusia yang bersifat aktif dan
dinamis tiada henti-hentinya serta diperoleh melalui metode tertentu yaitu
teratur, sistematis, berobjek, bermetode dan berlaku secara universal”.
IPA merupakan konsep pembelajaran alam dan mempunyai hubungan yang sangat luas
terkait dengan kehidupan manusia. Pembelajaran IPA sangat berperan dalam proses
pendidikan dan juga perkembangan Teknologi, karena IPA memiliki upaya untuk
membangkitkan minat manusia serta kemampuan dalam mengembangkan ilmu
pengetahuan dan teknologi serta pemahaman tentang alam semesta yang mempunyai
banyak fakta yang belum terungkap dan masih bersifat rahasia sehingga hasil
penemuannya dapat dikembangkan menjadi ilmu pengetahuan alam yang baru dan
dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Dengan demikian, IPA memiliki
peran yang sangat penting. Kemajuan IPTEK yang begitu pesat sangat mempengaruhi
perkembangan dalam dunia pendidikan terutama pendidikan IPA di Indonesia dan
negara-negara maju.
4. Metode Pembelajaran Penemuan (Discovery).
Menurut Siadari, 2001: 4). Dalam metode pembelajaran penemuan (discovery) siswa
lebih aktif dalam memecahkan untuk menemukan sedangkan guru berperan sebagai
pembimbing atau memberikan petunjuk cara memecahkan masalah itu.
Teknik penemuan adalah terjemahan dari discovery. Menurut Sund discovery adalah
proses mental dimana siswa mampu mengasimilasikan sesuatu konsep atau prinsip.
Yang dimaksudkan dengan proses mental tersebut antara lain ialah: mengamati,
mencerna, mengerti, menggolong-golongkan, manbuat dugaan, menjelaskan, mengukur
membuat kesimpulan dan sebainya. Suatu konsep misalnya: segi tiga, pans,
demokrasi dan sebagainya, sedang yang dimaksud dengan prisnsip antara lain
ialah: logam apabila dipanaskan akan mengembang. Dalam teknik ini siswa
dibiarkan menemukan sendiri atau mengalami proses mental itu sendiri,
guru hanya membimbing dan memberikan instruksi.
Dr. J. Richard dan asistennya mencoba self-learning siswa (belajar sendiri)
itu, sehingga situasi belajar mengajar berpindah dari situasi teacher learning
menjadi situasi student dominated learning. Dengan menggunakan discovery
learning, ialah suatu cara mengajar yang melibatkan siswa dalam proses kegiatan
mental melalui tukar pendapat, dengan diskusi, seminar, membaca sendiri dan
mencoba sendiri. Agar anak dapat belajar sendiri.
5. Kelebihan Metode Discovery
Penggunaan teknik discovery ini guru berusaha meningkatkan aktivitas siswa
dalam proses belajar mengajar. Maka teknik ini memiliki keuntungan sebagai
berikut:
a. Teknik ini mampu membantu siswa untuk mengembangkan,
memperbanyak kesiapan, serta penguasaan keterampilan dalam proses
kognitif/pengenalan siswa.
b. Siswa memperoleh pengetahuan yang bersifat sangat pribadi
individual sehingga dapat kokoh/mendalam tertinggal dalam jiwa siswa tersebut.
Dapat membangkitkan kegairahan belajar mengajar para siswa.
c. Teknik ini mampu memberikan kesempatan kepada siswa untuk
berkembang dan maju sesuai dengankernampuannya masing-masing.
d. Mampu mengarahkan cara siswa belajar, sehingga lebih
memiliki motivasi yang kuat untuk belajar lebih giat.
e. Membantu siswa untuk memperkuat dan menambah kepercayaan
pada diri sendiri dengan proses penemuan sendiri.
Metode Discovery menurut Rohani (2004:39) adalah metode yang berangkat dari
suatu pandangan bahwa peserta didik sebagai subyek di samping sebagai obyek
pembelajaran. Mereka memiliki kemampuan dasar untuk berkembang secara optimal
sesuai dengan kemampuan yang mereka miliki.
Proses pembelajaran harus dipandang sebagai suatu stimulus atau rangsangan yang
dapat menantang peserta didik untuk merasa terlibat atau berpartisipasi dalam
aktivitas pembelajaran. Peranan guru hanyalah sebagai fasilitator dan
pembimbing atau pemimpin pengajaran yang demokratis, sehingga diharapkan
peserta didik lebih banyak melakukan kegiatan sendiri atau dalam bentuk
kelompok memecahkan masalah atas bimbingan guru.
Ada lima tahap yang harus ditempuh dalam metode discovery menurut
Rohani(2004:39) yaitu: (a) Perumusan masalah untuk dipecahkan peserta didik,
(b) Penetapan jawaban sementara atau pengajuan hipotesis, (c) Peserta didik
mencari informasi , data, fakta, yang diperlukan untuk menjawab atau memecahkan
masalah dan menguji hipotesis, (d) Menarik kesimpulan dari jawaban atau
generalisasi, (e) Aplikasi kesimpulan atau generalisasi dalam situasi baru.
Metode discovery menurut Mulyasa (2005:110) merupakan metode yang lebih
menekankan pada pengalaman langsung. Pembelajaran dengan metode penemuan lebih
mengutamakan proses dari pada hasil belajar.
6. Cara Mengajar Dengan Metode Discovery
Menurut Mulyasa (2005:110) menempuh langkah-langkah sebagai
berikut:
a. Adanya masalah yang akan dipecahkan.
b. Sesuai dengan tingkat perkembangan kognitif peserta didik.
c. Konsep atau prinsip yang harus ditemukan oleh peserta
didik melalui kegiatan tersebut perlu dikemukakan dan ditulis secara jelas.
d. Harus tersedia alat dan bahan yang diperlukan.
e. Sususnan kelas diatur sedemian rupa sehingga memudahkan
terlibatnya arus bebas pikiran peserta didik dalam kegiatan belajar mengajar.
f. Guru harus memberikan kesempatan kepada peserta didik
untuk mengumpulkan data.
g. Guru harus memberikan jawaban dengan tepat dengan data
serta informasi yang diperlukan peserta didik.
B. Kerangka Konseptual
a. Hubungan Motivasi dan Prestasi Belajar Terhadap Metode
Pembelajaran Penemuan (Discovery)
Motivasi adalah suatu kondisi yang mendorong seseorang untuk berbuat sesuatu
dalam mencapai tujuan tertetntu. Siswa yang termotivasi untuk belajar sesuatu
akan menggunakan proses kognitif yang lebih tinggi dalam mempelajari materi
itu, sehingga siswa itu akan menyerap dan mengendapkan materi itu dengan lebih
baik (Nur, 2001: 3). Sedangkan prestasi belajar adalah hasil yang dicapai oleh
siswa dengan melibatkan seluruh pctensi yang dimilikinya setelah siswa itu
melakukan kegiatan belajar.
Sedangkan metode pembelajaran penemuan (discovery) adalah suatu metode
pembelajaran yarg memberikan kesempatan dan menuntut siswa terlibat secara
aktif di dalam mencapai tujuan pembelajaran dengan menberikan informasi singkat
(Siadari, 2001: 7). Pengetahuan yang diperoleh dengan belajar penemuan
(discovery) akan bertahan lama, mempunyai efek transfer yang lebih baik dan
meningkatkan siswa dan kemampuan berfikir secara bebas. Secara umum belajar
penemuan (discovery) ini melatih keterampilan kognitif untuk menemukan dan memecahkan
masalah tanpa pertolongan orang lain. Selain itu, belajar penemuan
membangkitkan keingintahuan siswa, memberi motivasi untuk bekerja sampai
menemukan jawaban (Syafi'udin, 2002: 19).
Dari uraian tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa dengan adanya motivasi
dalam pembelajaran model penemuan (discovery) tersebut maka hasil-hasil belajar
akan menjadi optimal. Makin tepat motivasi yang diberikan, akan makin berhasil
pula pelajaran itu. Dengan motivasi yang tinggi maka intensitas usaha belajar
siswa akan tinggi pula. Jadi motivasi akan senantiasa menentukan intesitas
usaha belajar siswa. Hasil ini akan dapat meningkatkan prestasi belajar siswa.
C. Penelitian yang Relevan
Pada penelitian ini peneliti mengangkat judul “Meningkatkan Motivasi dan Prestasi
Belajar IPA Dengan Metode Pembelajaran Discovery pada siswa kelas V SDN 22 Ulak
Karang Utara. Penelitian ini pernah dilakukan oleh Muhammad Gina (2007)
dalam skripsinya yang berjudul “Penerapan Model Pembelajaran
Discovery-Inguiry untuk Meningkatkan Kecakapan Berfikir Rasional” menyimpulkan
bahwa model pembelajaran discovery-inguiry dapat meningkatkan kecakapan
berfikir rasional siswa. Penelitian ini berhasil dilaksanakan oleh Muhammad
Gina, maka peneliti pun tertarik meneliti penelitian ini.
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Seting Penelitian
1. Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada semester I di kelas V SDN 22 Ulak Karang
Utara. dilaksanakan selama 3 minggu. Penelitian ini ditujukan kepada siswa
kelas V SDN 22 Ulak Karang Utara. mata pelajaran IPA dengan Test tersebut
berbentuk multiple choise agar banyak materi tercakup. Dengan menggunakan
multiple choise, menjadi pilihan setelah melakukan observasi. Hal ini
dilatarbelakangi oleh kesulitan siswa mengeluarkan pendapat.
2. Tempat Penelitian
Penelitian dilaksanakan di SDN 22 Ulak Karang Utara. Alasan penulis mengadakan
penelitian di Sekolah ini adalah sekolah bersedia menerima perubahan yang
peneliti adakan dan dekat dengan kampus peneliti sendiri.
3. Subjek Penelitian
Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan di SDN 22 Ulak
Karang Utara. sebagai subjek dalam penelitian ini adalah siswa dan guru kelas V
yang terdaftar pada semester I dengan jumlah siswa 37 orang terdiri
dari 17 orang laki-laki dan 20 orang siswa perempuan dengan 1 orang guru kelas.
Adapun yang terlibat dalam penelitian ini adalah :
a. Peneliti sebagai praktisi pada kelas V SDN 22 Ulak Karang
Utara.
b. Satu orang pengamat yaitu guru kelas V SDN 22
Ulak Karang Utara.
B. Rancangan dan Prosedur Penelitian
1. Rancangan Pengumpulan Data
a. Pendekatan dan Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (PTK) yang bersifat
reflektif, partisipatif, kolaboratif, dan spiral, bertujuan untuk melakukan
perbaikan –perbaikan terhadap sistim, cara kerja, proses, isi, dan kompetensi
atau situasi pembelajaran. PTK yaitu suatu kegaitan menguji cobakan
suatu ide ke dalam praktik atau situasi nyata dalam harapan
kegiatan tersebut mampu memperbaiki dan meningkatkan kualitas proses belajar
mengajar ( Riyanto, 2001).
Wardani, dkk (2007:1.4) mengatakan bahwa “Penelitian tindakan kelas adalah
penelitian yang dilakukan dalam kelasnya sendiri. Melalui refleksi diri, dengan
tujuan untuk memperbaiki kinerja sebagai guru, sehingga hasil belajar siswa
menjadi meningkat”.
Sedangkan menurut wijaya, dkk (2009:9) mengemukakan “penelitian tindakan kelas
adalah penelitian yang dilakukan oleh guru dikelasnya sendiri dengan cara (1)
merencanakan, (2) melaksanakan, (3) merefleksikan tindakan secara kolaboratif
dan pastisifatif dengan tujuan memperbaiki kinerjanya sebagai guru, sehingga
hasil belajar siswa dapat meningkat”.
Peneliti memilih jenis penelitian dengan alasan, peneliti ingin mengetahui
bagaimana cara memberikan motivasi dan meningkatkan prestasi belajar IPA dengan
metode pembelajaran discovery pada siswa kelas V SDN 22 Ulak Karang Utara.
b. Alur Penelitian
Pada prinsipnya penerapan PTK untuk mengatasi permasalahan yang terdapat di
dalam kelas. Sebagai salah satu penelitian yang bertujuan untuk mengatasi
permasalahan yang terdapat di dalam kelas, menyebabkan terdapatnya beberapa
model yang diterapkan. Diantaranya Kurt lewin (dalam wijaya,2009:20) “terdiri
empat komponen, yaitu a) perencanaan (planning), b) tindakan (acting), c)
pengamatan (observing), dan d) refleksi (reflecting). Model siklus
yang dikembangkan Kemmis dan Mc Taggart ( dalam Sukardi, 2003: 214) ” mereka
menggunakan empat komponen penelitian (perencanaan, tindakan, observasi,
refleksi) dalam suatu sistem spiral yang saling terkait”.
Penelitian ini dilaksanakan dua siklus. Setiap akhir siklus dilakukan tes akhir
tindakan, pada setiap pertemuan dilakukan pengamatan terhadap aktivitas siswa
dan guru selama proses pembelajaran yaitu selama 2x35 menit, setelah akhir
siklus dilakukan tes hasil belajar.
Alur penelitian di atas menggunakan model
John elliott (dalam Wijaya,dkk. 2009:21) “tampak bahwa didalam satu tindakan
(acting) terdiri dari beberapa step atau langkah tindakan, yaitu langkah
tindakan 1, langkah tindakan 2, dan langkah tindakan 3. Adanya langkah-langkah
untuk setiap tindakan ini dengan dasar pemikiran bahwa di dalam mata pelajaran
terdiri dari beberapa pokok bahasan, dan setiap pokok bahasan terdiri dari
beberapa materi, yang tidak dapat diselesaikan dalam satu kali tindakan”.
2. Prosedur Penelitian
a. Perencanaan
Pada penelitian ini, peneliti sebagai guru dan merencanakan kegiatan sebagai
berikut :
1) Menyusun angket untuk pembelajaran dan menyusun rencana
program pembelajaran.
2) Mengumpulkan data dengan cara mengamati kegiatan
pembelajaran dan wawancara untuk mengetahui proses pembelajaran yang dilakukan
oleh guru kelas.
3) Melaksanakan rencana program pembelajaran yang telah
dibuat .
4) Melaporkan hasil penelitian.Pelaksanaan Tindakan.
b. Pelaksanaan Tindakan
Melaksanakan kegiatan sesuai dengan rencana pembelajaran yang telah dibuat.
Dalam pelaksanaan penelitian guru menjadi fasilitator selama pembelajaran,
siswa dibimbing untuk belajar IPA secara kooperatif learning dengan
model……Adapun langkah – langkah yang dilakukan adalah(sesuaikan dengan scenario
pembelajaran)
c. Observasi
Pengamatan dilakukan selama proses - proses pembelajaran berlangsung dan
hendaknya pengamat melakukan kolaborasi dalam pelaksanaannya.
d. Refleksi
1) Tahap-tahap Pelaksanaan
Berdasarkan observasi awal yang dilakukan proses pembelajaran yang dilakukan
adalah model pembelajaran kooperatif……… Penelitian ini akan dilaksanakan
dalam 2 siklus . Setiap siklus tediri dari perencanaan, tindakan, penerapan
tindakan, observasi, refleksi.
Siklus I
2) Perencanaan
Sebelum melaksanakan tindakan maka perlu tindakan persiapan. Kegiatan pada
tahap ini adalah :
a) Penyusunan RPP dengan model pembelajaran yang direncanakan
dalam PTK.
b) Penyusunan lembar masalah/lembar kerja siswa sesuai dengan
indikator pembelajaran yang ingin dicapai.
c) Membuat soal test yang akan diadakan untuk
mengetahui hasil pemebelajaran siswa.
d) Membentuk kelompok yang bersifat heterogen baik dari segi
kemampuan akademis, jenis kelamin,maupun teknik.
e) Memberikan penjelasan pada siswa mengenai teknik
pelaksanaan model pembelajaran yang akan dilaksanakan
e. Kegiatan penutup
Di akhir pelaksanaan pembelajaran pada tiap siklus, guru memberikan test secara
tertulis untuk mengevalausi hasil belajar siswa selama proses pembelajaran
berlangsung.
C. Jenis dan Sumber Data
1. Jenis Data Penelitian
Untuk dapat menjelaskan
secara sistematis mengenai peningkatan hasil pembelajaran IPA melalui
pendekatan discovery pada siswa kelas V SDN 22 Ulak Karang Utara. Maka jenis
penelitian yang di gunakan yaitu penelitian kualitatif.
Menurut Moleong (2009 : 6)
Penelitian Kualitatif adalah
penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang di alami
oleh subjek penelitian misalnya perilaku, persepsi, motivasi, tindakan, dll,
secara holistik, dan dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa,
pada suatu konteks khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai metode
alamiah.
Sedangkan menurut Denzin dan Lincoln (dalam Moleong 2009:5) “Menyatakan bahwa
penelitian kualitatif adalah penelitian yang menggunakan latar alamiah, dengan
maksud menafsirkan fenomena yang terjadi dan di lakukan dengan jalan melibatkan
berbagai metode yang ada”.
Dari penjelasan pendapat di atas sesuai dengan penelitian ini, karena
penelitian menggunakan latar ilmiah yaitu kelas dengan melihat fenomena yang
terjadi dalam pembelajaran, kemudian menggunakan metode yang telah di tentukan.
2. Sumber Data
Sumber data penelitian adalah siswa kelas V SDN 22 Ulak Karang Utara Sebagai
obyek penelitian.
Data dalam penelitian ini adalah kemampuan berfikir siswa yang diperoleh dengan
mengamati munculnya pertanyaan dan jawaban yang muncul selama diskusi
berlangsung dan diklasifikasikan menjadi C1 – C6. Data untuk hasil penelian
diperoleh berdasarkan nilai ulangan harian (test).
D. Teknik dan Alat Pengupulan Data
Pengumpulan data pada penelitian ini dilakukan dengan menggunakan teknik
sebagai berikut :
1. Wawancara
Wawancara awal dilakukan pada guru dan siswa untuk menentukan tindakan.
Wawancara dilakukan untuk mengetahui kondisi awal siswa
2. Angket
Angket merupakan data penunjang yang digunakan untuk mengumpulkan informasi
terkait dengan respon atau tanggapan siswa terhadap penerapan pembelajaran
kooperatif
3. Observasi
Observasi dilaksanakan untuk memperoleh data kemampuan berpikir siswa yang
terdiri dari beberapa deskriptor yang ada selama pembelajaran berlangsung.
Observasi ini dilakukan dengan menggunakan lembar observasi yang telah disusun.
Obsevasi dilakukan oleh 3 orang observer.
4. Test
Test dilaksanakan setiap akhir siklus, hal ini dimaksudkan untuk mengukur hasil
yang diperoleh siswa setelah pemberian tindakan. Test tersebut berbentuk
multiple choise agar banyak materi tercakup
5. Catatan lapangan
Catatan lapangan digunakan sebagai pelengkap data penelitian sehingga
diharapkan semua data yang tidak termasuk dalam observasi dapat
dikumpulkan pada penelitian ini.
E. Tenik Analisis data
Data dalam penelitian ini adalah kemampuan berfikir siswa yang diperoleh dengan
mengamati munculnya pertanyaan dan jawaban yang muncul selama diskusi
berlangsung dan diklasifikasikan menjadi C1 – C6. Data untuk hasil penelian
diperoleh berdasarkan nilai ulangan harian (test).
Data yang diperoleh dalam penelitian ini dianalisis dengan menggunakan
analisis data kualitatif dan kuantitatif. Menurut pendapat Bogdan, dkk (dalam
Moleong 2009 : 5) “Mendefinisikan Metodologi Kualitatif prosedur penelitian
yang menghasilkan data deskriptif beberapa kata-kata tertulis atau lisan
dari orang-orang dan perilaku yang dapat di amati. Pendekatan ini di arahkan
pada latar dan individu tersebut secara holistik (utuh)”.
Sedangkan Menurut Moleong (2009 : 6) “penelitian kualitatif
adalah penelitiaan yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa
yang dialami oleh subjek penelitian misalnya perilaku, persepsi, motivasi,
tindakan, dll.,secara holistik, dan dengan cara deskripsi dalam bentuk
kata-kata dan bahasa, pada suatu konteks khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan
berbagai metode alami”.
Analisis data dilakukan terhadap data yang telah direduksi baik data
perencanaan, maupun data evaluasi. Analisis data dilakukan dengan cara
terpisah-pisah agar mendapat berbagai informasi yang spesifik yang mendukung pembelajaran
dan yang menghambat pembelajaran, untuk itu pengembangan dan perbaikan
atas berbagai kekurangan dapat dilakukan tepat pada aspek yang diteliti.
Refleksi dimaksudkan sebagai upaya untuk mengkaji apa yang telah atau belum
terjadi, apa yang dihasilkan,kenapa hal itu terjadi dan apa yang perlu
dilakukan selanjutnya. Hasil refleksi digunakan untuk menetapkan langkah
selanjutnya dalam upaya untuk menghasilkan perbaikan pada siklus II.
Kegiatan pada siklus dua pada dasarnya sama dengan pada siklus I hanya
saja perencanaan kegiatan mendasarkan pada hasil refleksi pada siklus I
sehingga lebih mengarah pada perbaikan pada pelaksanaan siklus I
1. Kemampuan Berfikir
Kualitas pertanyaan dan jawaban siswa dianalisis dengan berbagai soal ulangan
IPA. Kemudian untuk mengetahui peningkatan skor kemampuan berfikir, pertanyaan
dan janwaban yang telah dinilai dengan angka pada siklus I dibandingkan dengan
pertanyaan dan jawaban yang telah dinilai dengan KKM pada siklus II.
Rumus untuk mencari skor klasikal kemampuan bertanya siswa
Skor riil X 4
Skor maks
Keterangan:
Skor riil : skor total yang diperoleh siswa
Skor maksimal : Skor total yang seharusnya diperoleh siswa
4
: Skor maksimal dari tiap jawaban( pedoman penskoran lihat lampiran)
2. Hasil Belajar
Hasil belajar pada aspek kognetif dari hasil test dianalisis dengan teknik
analisis evaluasi untuk mengetahui ketuntasan belajar siswa.
Caranya adalah dengan menganalisis hasil test formatif dengan menggunakan
criteria ketuntasan belajar. Secam Aswirara individu, siswa dianggap telah
belajar tuntas apabila daya serapnya mencapai 65 %, Secara kelompok dainggap
tuntas jika telah belajar apabila mencapai 85 % dari jumlah siswa yang mencapai
daya serap minimal 65 % (Dedikbud 2000 dalam Aswirda 2007)
DAFTAR PUSTAKA
- Pengertian-Ilmu-Pengetahuan-Alam,”/#ixzz1b9WqoiH3”,
http://id.shvoong.com/exect-sciences/bilogy, (21 Oktober 2011)
- Ifzanul, Macam-macam
Pembelajaran(HTML), http://blogspot.com. , (15 Desember 2009).
- Wardani, Igak dkk. 2007.
Penelitian tindakan kelas. Jakarta : Universitas Terbuka.
- Wijaya dan dedi. 2009.
Penelitian Tindakan Kelas. jakarta : PT Malta Printindo.